Perusahaan
Multinasional
(Toyota
Motor Corporation)
Sejarah
Toyota
Toyota Motor Corporation didirikan
pada September 1933 sebagai
divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi mobil perusahaan tersebut
kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk
menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.
Berangkat dari industri tekstil,
Perusahaan yang memproduksi 1 mobil tiap 50 menit ini ternyata menggunakan
penamaan Toyota karena penyebutannya lebih enak daripada memakai nama keluarga
pendirinya, Toyoda. Inilah beberapa tonggak menarik perjalanan Toyota.
Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar di
dunia dalam unit sales dan net sales. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 8-8,5 juta unit mobil di seluruh
dunia tiap tahunnya.
Dibandingkan dengan
industri-industri otomotif lain yang menggunakan nama pendirinya sebagai merek
dagang seperti Honda yang
didirikan oleh Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz), Ford (Henry Ford), nama Toyoda tidaklah dipakai
sebagai merek. Karena berangkat dari pemikiran sederhana dan visi waktu itu,
penyebutan Toyoda kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan
menjadi Toyota.
Sakichi Toyoda lahir pada bulan
Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Pria ini dikenal sebagai penemu sejak berusia
belasan tahun. Toyoda mengabdikan hidupnya mempelajari dan mengembangkan
perakitan tekstil. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan mesin tenun. Ini
kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda
Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.
Di sini hak paten mesin tekstil
otomatisnya kemudian dijual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris, Britania Raya. Hasil penjualan paten ini, dijadikan modal
pengembangan divisi otomotif. Mulai tahun 1933, ketika Toyoda membangun divisi
otomotif, tim yang kemudian banyak dikendalikan oleh anaknya Kiichiro Toyoda, tiada henti menghasilkan
inovasi-inovasi terdepan di zamannya. Mesin Tipe A berhasil dirampungkan pada
1934. Setahun kemudian mesin ini dicangkokkan prototipe pertama mobil penumpang
mereka, A1. Divisi otomotif Toyoda juga menghasilkan truk model G1.
Pada tahun 1936 mereka meluncurkan
mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA (kala itu
masih menggunakan nama Toyoda). Model ini dikembangkan dari prototipe model A1
dan dilengkapi bodi dan mesin A. Kendaraan ini dari awal diharapkan menjadi
mobil rakyat.
Empat tahun menunggu dirasa cukup
melahirkan perusahaan otomotif sendiri dan melepaskan diri dari industri
tekstil mereka. Kemudian tahun 1937 mereka meresmikan divisi otomotif dan
memakai nama Toyota, bukan Toyoda seperti nama industri tekstil. Pengambilan
nama Toyota dalam bahasa Jepang terwakili dalam 8 karakter, dan delapan adalah angka
keberuntungan bagi kalangan masyarakat Jepang. Alasan lain yang dianggap masuk
akal adalah industri otomotif merupakan bisnis gaya hidup dan bahkan penyebutan
sebuah nama (dan seperti apa kedengarannya), menjadi sisi yang begitu penting.
Karena nama Toyoda dianggap terlalu kaku di dalam bisnis yang dinamis sehingga
diubah menjadi Toyota yang dirasa lebih baik. Tak ayal, tahun 1937 merupakan
era penting kelahiran Toyota Motor Co, Ltd. cikal bakal raksasa Toyota Motor
Corp (TMC) sekarang.Dan pada tahun 1938, didirikan Koromo Plant di Jepang
(sekarang bernama Honsha plant) yang merupakan Toyota's Establishment Exhibit
Room. Plant ini disusun berdasarkan teori Just In Time dan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti asrama, rumah sakit, dan toko.
Semangat inovasi Kiichiro Toyoda tidak pernah redup. Toyota kemudian
berkembang menjadi penghasil kendaraan tangguh. Di era 1940-an, Toyota sibuk
mengembangkan permodalan termasuk memasukkan perusahaan di lantai bursa di Tokyo, Osaka dan Nagoya. Pada tahun 1947, penjualan mobil Toyota di dalam
negeri sudah mencapai 100.000 kendaraan.
Setelah era Perang Dunia II berakhir, tahun 1950-an merupakan
pembuktian Toyota sebagai penghasil kendaraan serba guna tangguh. Waktu itu
kendaraan Jeep akrab di
Jepang. Terinspirasi dari mobil ini, Toyota kemudian mengembangkan prototipe
Land Cruiser yang keluar tahun 1950. Pada tahun yang sama pula Toyota
mendirikan Toyota Motor Sales co., Ltd, anak perusahaan Toyota Motor
Co., Ltd yang menangani penjualan, pemasaran dan distribusi
Toyota. Setahun kemudian meluncurkan secara resmi model awal Land Cruiser yakni model
BJ.
Bulan Juli tahun itu, test drivernya
Ichiro Taira mengakhiri uji coba dengan hasil luar biasa. Diinspirasi oleh
tokoh Samurai Heikuro
Magaki yang mendaki Gunung Atago di atas
kuda tahun 1643, Taira mengemudikan Toyota BJ-nya ke kuil Fudo di kota Okasaki. Ini
sekaligus dipakai sebagai promosi ketangguhan mobil segala medan ini. Tak lama
berselang, Toyota Land Cruiser mulai menandingi dominasi Jeep Willys. Bahkan
dengan model-model selanjutnya, Toyota Land Cruiser bisa
diterima di pasar yang kala itu sulit ditembus yakni Amerika Utara. Lewat model
ini, Toyota masuk ke pasar-pasar di berbagai belahan dunia, Termasuk di
Indonesia yang dikenal sebagai sebagai Toyota Hardtop Land Cruiser
FJ40/45. Di Afrika, model-model Toyota Land Cruiser ini digunakan
sebagai Technical alias jip bersenjata yang dibekali senapan mesin
ringan, berat atau bahkan senjata basoka tanpa tolak balik (Recoilless
bazooka) dan diterjunkan sepanjang konflik-konflik bersenjata dengan
kinerja sangat tangguh.
Toyota tidak hanya dikenal melalui
Toyota Land Cruiser. Mereka juga mengembangkan model yang menjadi favorit
dunia, sedan kecil. Pada tahun 1961, Toyota mengeluarkan model Publica dan lima
tahun kemudian meluncurkan model Corolla. Lewat Toyota Corolla yang memulai debutnya pada tahun 1966, sedan mungil
generasi awal ini memakai penggerak belakang mengubah tatanan sedan bongsor
yang populer saat itu menuju arah sedan kecil yang kompak, irit dan ringkas.
Memasuki tahun 1975, Corolla masuk dalam generasi ketiga dan terjual lebih dari
5 juta unit. Hal yang menakjubkan ini masih kokoh hingga sekarang. Mesin mobil
Corolla ini kemudian digunakan di Indonesia sebagai mesin untuk kendaraan niaga
keluarga serbaguna, Toyota Kijang generasi awal yang dikenal sebagai Kijang Buaya.
Sejalan makin mengglobalnya produk
Toyota, mereka sadar tidak mempunyai grafik logo. Bahkan di Indonesia dijumpai
kendaraan bermerk Toyota seperti Toyota Kijang dengan logo TOYOTA pada
grill di bagian bonnet (hidung) mobil. Pada tahun 1989 Toyota akhirnya
memutuskan untuk membuat dua lingkaran oval (elips) yang menghasilkan huruf T
dan ellips ketiga mengisyaratkan akan the spirit of understanding in design.
Lingkaran ketiga itu sekaligus mengelilingi kedua lingkaran ellips sebelumnya
yang berbentuk T itu sebagai bukti menjaga dan memengaruhi sekelilingnya.
Pada tahun 1990-an, Toyota semakin
membuktikan bahwa mobil Jepang dapat bersaing dengan mobil Eropa dan Amerika. Toyota Celica berhasil menjadi juara rally dunia, dan Toyota Camry menjadi mobil paling laris di Amerika.
Tahun 1999 Toyota mengakuisisi
51,19% saham Daihatsu dan pada tahun 2001 Toyota membeli 50,11% saham Hino.
Pusat dan
Cabangnya
Kantor
pusat Toyota Motor Corporation terletak di Toyota City, Aichi, Jepang; Tokyo,
Jepang. Sedangkan cabangnya terletak di seluruh dunia, di antaranya adalah:
- North Amerika : Canada, Hawaii, Mexico,
United States of America.
· The Caribbean :
Caribbean Countries, Antigua & Barbuda, Aruba, Bahamas, Barbados, Bermuda, Curacao, Dominica,
Dominican Republic, Grand Cayman, Grenada, Guadeloupe, Haiti, Jamaica, Martinique,
Montserrat, Puerto Rico, St. Kitts & Nevis, St. Lucia, St. Maarten, St.
Vincent and the Grenadines, Trinidad & Tobago.
· Latin
America : Argentina, Belize, Bolivia,
Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Ecuador, El Salvador, French Guiana, Guatemala,
Guyana, Honduras, Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, Uruguay, Venezuela.
· Europe : European Countries, Austria, Belgium,
Bosnia and Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Cyprus, Czech Republic, Denmark, Estonia,
Finland, France, Germany, Gibraltar, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia,
Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Malta, Moldova, Monaco, Montenegro, Netherlands,
Norway, Poland, Portugal, Romania, Russian Federation, Serbia, Slovakia, Slovenia,
Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, Ukraine, United Kingdom.
· Africa : Algeria, Angola, Benin, Burkina
Faso, Burundi, Cameroon, Canary Islands, Central African Republic, Chad, Comoros,
Congo, Cote d'Ivoire, Dem. Republic of Congo, Djibouti, Egypt, Equatorial
Guinea, Ethiopia, Gabon, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Kenya, Liberia, Libya,
Madagascar, Malawi, Mali, Mauritania, Mauritius, Morocco, Mozambique, Niger, Nigeria,
Reunion, Rwanda, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, Somalia, South Africa, Sudan,
Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zimbabwe.
· Asia : Afghanistan, Bahrain, Bangladesh,
Bhutan, Brunei Darussalam, Cambodia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Israel,
Japan, Jordan, Kazakhstan, Korea (Republic of), Kuwait, Lebanon, Malaysia, Myanmar,
Nepal, Oman, Pakistan, Philippines, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, Sri Lanka, Taiwan,
Thailand, United Arab Emirates, Viet Nam, Yemen.
· Oceania : American Samoa, Australia,
Fiji, Guam, Micronesia, New Caledonia, New Zealand, Papua New Guinea, Saipan, Samoa,
Solomon Islands, Tahiti, Tonga, Vanuatu.
Keuntungan
Toyota
Pendapatan : ¥ 18.583 Triliun
Laba Usaha :
¥ 355,62 Miliar
Laba Bersih :
¥ 283,55 Miliar
Jumlah Aset :
¥ 30.650 Miliar
Jumlah Ekuitas :
¥ 10.550 Triliun
Beberapa keunggulan dari Toyota sebagai berikut:
1. Pengembangan
konsep Produk Inovatif dengan melakukan pengembangan produk untuk mencapai
customer satisfaction, sebagai contoh : Toyota Avanza 1,5 1500cc merupakan
produk inovatif dari Toyota Avanza 1,3 1300cc. Sedangkan Produk Kreatif dengan
melakukan terobosan baru terhadap pasar, sebagai contoh : Toyota Rush yang
merupakan produk yang diharapkan dapat menembus pangsa pasar SUV domestik.
2. Brand Image
yang sangat kuat di benak konsumen. Dengan Merk Toyota memberikan keyakinan
kepada konsumen akan kualitas.
3. Harga yang
terjangkau untuk kelas SUV dibandingkan dengan kompetitor yang ada di pasar
domestik.
4. Dengan
diluncurkannya produk Toyota Rush di pangsa pasar SUV ini, menimbulkan nilai
tambah bagi toyota itu sendiri. Dengan kata lain, Toyota menyediakan
produk-produk yang berkualitas dengan interval harga yang dapat mencakup hampir
semua segmen daya beli konsumen untuk pasar domestik.
5. Penggunaan
komponen lokal sekitar 72%, dari ASEAN 9%, dan dari Jepang 19% untuk Rush dan
Terios.
6. Penerapan
sistem distribusi yang baru dengan pendekatan Just in Time
menjadikanToyota merupakan manufaktur otomotif yang tidak memiliki warehouse
produk jadi. Hal ini yang menjadikan keunggulan produk Toyota yang lebih murah
dari kompetitornya.
7. Penerapan
strategi 3W : Winning Team untuk melaksanakan Winning Concept dengan Winning
System dinilai sangat ampuh untuk menciptakan kompetitive advantage perusahaan.
Mengapa setelah beberapa dekade para
perancang mobil Amerika gagal untuk menduplikasi sistem manufaktur mobil
Toyota yang hiper-efisien? Pertanyaan inilah yang dikemukakan Gary Hemel
bersama Bill Breen, penulis buku laris berjudul The Future of Management (2007,
Harvard Business School Press,USA). Seharusnya setelah dua dekade
perusahaan-perusahaan mobil Amerika melakukan benchmarking, mereka juga bisa
sejajar dengan Toyota. Tetapi mengapa tidak terjadi?
Jawabannya adalah bahwa karakter
pabrik Toyota memiliki beberapa keunggulan:
1. Hampir tak
ada satu pun perusahaan mobil yang tingkat kerusakan produksinya
begitu sedikit dengan alokasi waktu kerja yang relatif hemat seperti
Toyota.
2. Keunggulan
Toyota juga terletak pada budaya kerjanya yang disebut wa dan nemawshi
yaitu spirit kerjasama dan konsultasi manajemen dengan karyawan; ini sebagai
salah satu keunikan bangsa Jepang; di Amerika hal ini sulit terjadi.
3. Ketika
Toyota mendirikan pabriknya di USA, kultur tersebut tetap eksis.
4. Proses
produksi mendasarkan diri pada otomatisasi, keeratan hubungan dengan sistem
pemasok, penerapan sistem just-in-time; sementara walau hal itu diterapkan pada
perusahaan-perusahaan Amerika tetapi ternyata masih kalah unggul dengan Toyota.
5. Keunggulan
Toyota tak mungkin tercapai tanpa didasarkan pada kapabilitas karyawan dan
tanggung jawab para pemimpinnya yang tinggi.
Salah satu yang membedakan sistem
manufaktur dengan perusahaan mobil Amerika yaitu Toyota memposisikan karyawan
lini pertama sebagai pemeran segalanya ketimbang mesin produksi itu
sendiri. Artinya mereka dikembangkan lewat pelatihan-pelatihan berkelanjutan
dan diberikan instrumen kerja yang sangat baru dan lengkap. Mereka
dibentuk untuk menjadi perencana-pengambil keputusan, inovator, dan agen
perubahan. Dan upaya-upayanya tak pernah berhenti. Bagaimana perusahaan
Amerika? Pemain utama inovasi tidak terletak pada karyawan tingkat lini. Mereka
mengandalkan pada para akhli untuk mengembangkan perbaikan-perbaikan mutu dan
efisiensi. Karena itu untuk mengejar ketinggalannya, perusahaan Amerika bekerja
keras mengembangkan kemampuan intelektual para karyawannya. Jelas saja mereka
harus mengeluarkan ongkos yang mahal untuk menerapkan sistem inovasi manajemen
yang kental dengan paham feodal intelektual. Terlalu menghargai kalangan
intelektual.
Jadi intinya, suatu inovasi
manajemen cenderung menghasilkan keunggulan kompetitif ketika satu atau lebih
dari tiga syarat dipenuhi. Yang pertama adalah inovasi didasarkan
pada prinsip manajemen baru dengan meninggalkan sisi-sisi yang orthodox; kedua
bahwa inovasi merupakan suatu proses yang sistemik dari suatu proses dan
metode yang digunakan; dan ketiga, inovasi merupakan bagian dari
suatu program invensi jangka panjang yang tak pernah berhenti. Kemudian peran
karyawan (sumberdaya manusia) sebagai inovator sekaligus agen pembaharu menjadi
sangat penting dalam menciptakan keunggulan. Dalam hal ini peranan budaya
kerja sangat strategis.
Kekurangan Toyota
1. Perbedaan
persepsi antara pasar domestik dengan pasar internasional tentang kelas produk
Toyota Rush. Pihak Toyota sendiri mengklaim bahwa Toyota Rush ditempatkan pada
kelas Mid-Class SUV. Sedangkan kriteria kapasitas cc kelas Mid-Class
SUV sendiri adalah 1500cc.
2. Sistem
Indent yang mengecewakan konsumen. Kadang-kadang konsumen membatalkan proses
pemesanan karena kecewa akan janji yang diberikan oleh pihak dealer Toyota.
Contoh kasus
yang pernah di alami Toyota di Indonesia
Direktorat Jenderal
(Dirjen) Pajak Menuding PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia menghindari
pembayaran pajak senilai Rp 1, 07 Triliun dengan transfer pricing. Kasusnya
terkatung-katung di pengadilan pajak.
SKANDAL transfer
pricing Toyota di Indonesia terendus ketika Direktorat Jenderal Pajak memeriksa
surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) Toyota Motor Manufacturing pada 2005.
Belakangan, pajak Toyota pada 2007 dan 2008 juga ikut diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan karena Toyota mengklaim kelebihan membayar pajak pada tahun-tahun
itu, dan meminta negara mengembalikannya (restitusi).
Dari pemeriksaan SPT
Toyota pada 2005 itu, petugas pajak menemukan sejumlah kejanggalan. Pada 2004,
misalnya, laba bruto Toyota anjlok lebih dari 30 persen, dari Rp 1,5 triliun
(2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin-atau perimbangan
antara laba kotor dan tingkat penjualan-menyusut, dari sebelumnya 14,59 persen
(2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun kemudian.
Apa yang memicu
penurunan pendapatan perusahaan multinasional ini? Rupanya, pada tahun itu
Toyota melakukan restrukturisasi mendasar. Sebelumnya, semua lini bisnis
produksi dan distribusi mereka dilakukan di bawah satu bendera: PT Toyota Astra
Motor. Pemilik sahamnya ada dua, yakni PT Astra International Tbk (51 persen)
dan Toyota Motor Corporation Jepang (49 persen).
Pada pertengahan 2003,
Astra menjual sebagian besar sahamnya di Toyota Astra Motor kepada Toyota Motor
Corporation Jepang. Alasannya, Astra punya utang jatuh tempo yang tak bisa
ditangguhkan lagi. Walhasil, Toyota Jepang kemudian menguasai 95 persen saham
Toyota Astra Motor. Nama perusahaan berubah menjadi Toyota Motor Manufacturing
Indonesia (TMMIN).
Untuk menjalankan
fungsi distribusi di pasar domestik, Astra dan Toyota Motor Corporation Jepang
mendirikan perusahaan agen tunggal pemegang merek dengan nama lama: Toyota
Astra Motor (TAM). Di perusahaan ini, Astra menjadi pemegang saham mayoritas
dengan menguasai 51 persen saham.
Contoh kasus
yang pernah di alami Toyota di Jepang
Toyota berencana menghentikan semua lini
perakitan mobilnya di Jepang selama satu pekan terhitung mulai 8 Februari 2016
karena langkanya suku cadang akibat ledakan di sebuah pemasok.
Keputusan tersebut diambil karena kekurangan komponen akibat ledakan di
Aichi Steel, demikian pernyataan Toyota seperti dikutip AFP seraya menandaskan bahwa
produksi global mereka tak akan ikut ditangguhkan.
"Operasi dijadwalkan untuk dilanjutkan kembali pada 15 Februari 2016,
dan lini produksi kendaraan di luar Jepang tidak akan dihentikan," kata
Toyota.
"Toyota akan terus mengambil langkah-langkah diperlukan untuk meminimalkan
dampak insiden ini terhadap produksi kendaraan," imbuh mereka.
Toyota akan mendapatkan lini produksi alternatif yang dioperasikan Aichi
Steel dan juga bisa mendapatkan komponen-komponen dari para produsen baja
lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.
Aichi Steel, yang memproduksi produk baja terpilih, diterjang ledakan pada
8 Januari 2016 hingga mengalami kerusakan parah pada bagian-bagian lini
produksinya. Aichi Steel diperkirakan kembali beroperasi penuh pada Maret
mendatang.
Contoh kasus
yang pernah di alami Toyota di Amerika
Lembaga Nasional Administrasi Keselamatan Jalan Raya
(NHTSA) Amerika Serikat (AS) melakukan penyelidikan tehadap Toyota Corolla. Pemeriksaan dilakukan setelah
adanya laporan mobil melaju sendiri saat posisi parkir.
NHTSA mendapat laporan dari beberapa pemilik Corolla
keluaran 2010, yang mengalami kecelakaan saat parkir. Mobil bergerak di
kecepatan rendah, ketika kondisi parkir dan mesin menyala. NHTSA sudah mencatat
ada 163 laporan kasus serupa yang dialami pengemudi Corolla.
"Kendaraan dipanaskan selama 15 menit, saat duduk di
belakang kemudi dan kaki menginjak rem, tiba-tiba mobil bergerak mundur. Pedal
gas seperti bekerja sendiri, dan RPM mesin juga naik," jelas salah satu
pengendara Corolla seperti dilansir Leftlanenews, Selasa (29/9/2014).
Kasus tersebut menimbulkan indikasi adanya kerusakan pada
sistem gas yang dikontrol secara elektronik (ETCS-i). Sistem yang sama
ditemukan pada Corolla dengan model produksi mulai 2006 sampai 2010. NHTSA
berjanji akan mengevaluasi semua keluhan sebelum menentukan apakah ini
kesalahan komponen tersebut, dan bisa dilakukan perbaikan massal (recall).
Beberapa tahun lalu pabrikan asal Jepang tersebut juga
mengalami masalah yang sama, hingga harus melakukan recall sampai jutaan unit. Toyota sampai harus menggelontorkan dana
sebesar 1,2 miliar dollar AS untuk melakukan perbaikan.
Contoh kasus
yang pernah di alami Toyota di beberapa negara
Toyota
Motor Corp menarik (recall) 2,87 juta mobilnya di seluruh dunia.
Penarikan ini dikarenakan adanya potensi kerusakan pada seatbelt. Kasus ini diketahui setelah adanya
kecelakaan fatal di Kanada dan Amerika Serikat (AS).
Dilaporkan Bloomberg, Kamis (18/2/2016), pabrikan terbesar di
dunia ini belum mengonfirmasi terkait kecelakaan. Meski demikian, mereka
memastikan akan menarik RAV4, RAV4 EV, dan Vanguard. Mereka mengatakan bahwa seatbelt belakang gagal menahan tubuh penumpang.
Dijelaskan,
penarikan diberlakukan pada 1,33 juta kendaraan di Amerika Utara, 625 ribu unit
di Eropa, dan 434 ribu di China.
Kasus seatbelt ini adalah salah satu recallterbesar Toyota. Sebelumnya, mereka
adalah salah satu dari 14 pabrikan yang menarik sekira 24 juta kendaraan karena
masalahairbag.
Dijelaskan,
Toyota akan memulai penarikan setelah otoritas Kanada melaporkan pada Oktober
lalu bahwa seatbelt rusak. Menurut mereka, kerusakan adalah
karena kesalahan pada desain kendaraan, bukan karena jeleknya kualitas seatbelt itu sendiri.
Sebagaimana
kasus lainnya, Toyota akan mengumumkan penarikan kepada konsumen secepatnya
melalui surat elektronik. Penggantian seatbelt akan dilakukan di dealer yang paling
dekat dengan tempat tinggal konsumen tanpa dipungut biaya apapun.
Ini
bukanlah kali pertama Toyota menarik mobil karena seatbelt. Pada pertengahan
2014 lalu, mereka menarik lebih dari 50 ribu unit Highlander di seluruh dunia.
Daftar
Pustaka